Monday, October 28, 2013

Makalah Islam DI Andalusia

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Sering kita mendengar bahwa peristiwa masa lalu  bisa dijadikan sebagai jas merah, sebenarnya maksud dari kata jas merah itu sendiri adalah “jangan sampai melupakan sejarah”. Apalagi kita sebagai orang Islam dan menuntut ilmu di Universitas Islam tentunya harus paham akan sejarah kebudayaan islam di masa lalu. Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa dan mengambil ibarah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi.
Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai Islam di Andalusia. Andalusia yang kita kenal sekarang semula disebut Vandal yang kemudian oleh bangsa Arab disebut Andalusia. Dan untuk lebih detailnya tentang perkembangan Islam di Andalusia ini akan diuraikan dalam bab Pembahasan.

B.rumusan masalah
Dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara rinci, tapi akan dibahas inti dari pembahasan Islam Di Andalusia pada waktu itu, yaitu mengenai sub pokok bahasan, meliputi:
1.     Bagaimana Perkembangan Politik yang terjadi pada masa Islam Di Andalusia.
2.     Gerakan Pembebasan, yaitu yang menjelaskan bagaimana Islam menaklukkan musuh-musuh nya untuk menyebarkan Islam Di Andalusia.
3.    masa keamiran dan kekhalifahan
4.   Perkembangan Peradaban, yaitu yang menjelaskan dari segi pembangunan mesjid, dan pemandian umum, pembangunan di bidang pertanian (tebu, tembakau, dll), irigasi, industri, perkapalan, dan perluasan perdagangan
5.     Perkembangan Intelektual, yaitu yang menjelaskan tentang sains, tekhnologi, astronomi, matematika, filsafat, kedokteran, sastra, sejarah, dan hukum
6.     Keruntuhan Kekuasaan Islam Di Andalusia, yaitu yang menjelaskan tentang sebab-sebab runtuhnya Islam Di Andalusia.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Gerakan Pembebasan

Sebelum kedatangan umat Islam, daerah Iberia merupakan kerajaan Hispania yang dikuasai oleh orang Kristen Visigoth. Pada tahun 711 M, pasukan Umayyah yang sebagian besar merupakan bangsa Moor dari Afrika Barat Laut, menyerbu Hispania dipimpin jenderal Tariq bin Ziyad, dan dibawah perintah dari Kekhalifahan Umayyah di Damaskus.
Pasukan ini mendarat di Gibraltar pada 30 April, dan terus menuju utara. Setelah mengalahkan Raja Roderic dari Visigoth dalam Pertempuran Guadalete ( 711 M ), kekuasaan Islam terus berkembang hingga pada tahun 719 M. Hanya daerah Galicia, Basque dan Asturias yang tidak tunduk kepada kekuasaan Islam. Setelah itu, pasukan Islam menyeberangi Pirenia untuk menaklukkan Perancis, namun berhasil dihentikan oleh kaum Frank dalam pertempuran Tours (732 M). Daerah yang dikuasai Muslim Umayyah ini disebut provinsi Al-Andalus, terdiri dari Spanyol, Portugal dan Perancis bagian selatan yang disebut sekarang
Andalusia - Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana Umat Islam sebelumnya telah mengusai Afrika Utara. Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah.
Thariq ibn Ziyad Rahimahullah lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid Rahimahullah. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq Rahimahullah dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu). Sebelum Thariq Rahimahullah berhasil menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair Rahimahullah di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad Rahimahullah membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair Rahimahullah merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa Rahimahullah berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz Rahimahullah tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah Rahimahullah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi Rahimahullah. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.
Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Gothia, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Gothia terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Ghothia adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin.
Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa Rahimahumullah.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

B.     Perkembangan Politik
Pada awalnya, Al-Andalus dikuasai oleh seorang wali Yusuf Al-Fihri (gubernur) yang ditunjuk oleh Khalifah di Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Namun pada tahun 740an M, terjadi perang saudara yang menyebabkan melemahnya kekuasaan Khalifah. Dan pada tahun 746 M, Yusuf Al-Fihri memenangkan perang saudara tersebut, menjadi seorang penguasa yang tidak terikat kepada pemerintahan di Damaskus.
Pada tahun 750 M, bani Abbasiyah menjatuhkan pemerintahan Umayyah di Damaskus, dan merebut kekuasaan atas daerah-daerah Arabia. Namun pada tahun 756 M, Abdurrahman I (Ad-Dakhil) melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi penguasa Kordoba dengan gelar Amir Kordoba. Abdurrahman menolak untuk tunduk kepada kekhalifahan Abbasiyah yang baru terbentuk, karena pasukan Abbasiyah telah membunuh sebagian besar keluarganya.
Ia memerintah selama 30 tahun, namun memiliki kekuasaan yang lemah di Al-Andalus dan ia berusaha menekan perlawanan dari pendukung Al-Fihri maupun khalifah Abbasiyah.
Selama satu setengah abad berikutnya, keturunannya menggantikannya sebagai Amir Kordoba, yang memiliki kekuasaan tertulis atas seluruh Al-Andalus bahkan kadang-kadang meliputi Afrika Utara bagian barat. Pada kenyataannya, kekuasaan Amir Kordoba, terutama di daerah yang berbatasan dengan kaum Kristen, sering mengalami naik-turun politik, itu tergantung kecakapan dari sang Amir yang sedang berkuasa. Amir Abdullah bin Muhammad bahkan hanya memiliki kekuasaan atas Kordoba saja.
Cucu Abdullah, Abdurrahman III, menggantikannya pada tahun 912 M, dan dengan cepat mengembalikan kekuasaan Umayyah atas Al-Andalus dan bahkan Afrika Utara bagian barat. Pada tahun 929 M ia mengangkat dirinya sebagai Khalifah, sehingga keamiran ini sekarang memiliki kedudukan setara dengan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan kekhalifahan Syi'ah di Tunis.

C. Masa Keamiran
D. Masa Kekhalifahan
E. Perkembangan Peradaban
Andalusia adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Andalusia Islam merupakan masyarakat majemuk, yang terdiri dari : Komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), Al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), Al-Shaqalibah (tentara bayaran yang dijual Jerman kepada penguasa Islam), Yahudi, Kristen Muzareb (yang berbudaya Arab), dan umat Kristen yang masih menentang kehadiran Islam.
Semua komunitas inilah, kecuali yang terakhir, yang memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah dan sastra dalam hal kemajuan intelektual, dan pembangunan fisik di Andalusia - Spanyol.

1.      Pembangunan Mesjid dan Perkotaan

Dalam masa pemerintahannya, Abdurrahman II berhasil membangun kota dan daerah Lusitania, Murcia, Valencia, Castile dan kota-kota lainnya. Kota – kota tersebut dipindah dengan bangunan-bangunan umum, seperti masjid-masjid besar, perpustakaan dan lain-lain, termasuk pembangunan pabrik senjata di Cartagena dan Cadiz.
                               
2.      Pembangunan Istana, Pertamanan, dan Pemandian Umum.

Dalam masa bergulirnya peradaban Islam di Andalusia Berdirilah beberapa istana-istana megah diantara Istana-istana yang pernah didirikan adalah, Istana Al-Hambra. Istana ini dilengkapi dengan taman mirta semacam pohon myrtuscommunis dan juga bunga-bunga yang indah harum semerbak, serta suasana yang nyaman. Kemudian, ada juga Hausyus Sibb (Taman Singa), taman yang dikelilingi oleh 128 tiang yang terbuat dari marmer. Di taman ini pula terdapat kolam air mancur yang dihiasi dengan dua belas patung singa yang berbaris melingkar, yakni dari mulut patung singa-singa tersebut keluar air yang memancar.
Selain itu, istana merah ini dikelilingi oleh benteng dengan plesteran yang kemerah-merahan. Yang lebih unik lagi pada bagian luar dan dalam istana ini ditopang oleh pilar-pilar panjang sebagai penyangga juga penghias istana Alhambra. Kemudian, dinding istana itu baik di luar atau pun dalam istana banyak dihiasi dengan kaligrafi-kaligrafi Arab dengan ukiran yang khas yang sulit dicari tandingannya.
Ciri khusus kota adalah adanya tempat pemandian. Di Cordova terdapat 900 pemandian.


3.      Pembangunan Pertanian, Irigasi, Industri, Perkapalan, dan Perluasan Perdagangan.

Dalam pertumbuhan Islam di Andalusia, bangsa Arab diperkenalkan dengan persoalan yang menyangkut pertanian, karena wilayah Spanyol sangat subur bagi pertumbuhan lapangan pertanian. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pemerintahan agar orang-orang di Spanyol bergerak dalam lapangan pertanian.
Spanyol sudah mengenal irigasi dan saluran-saluran
air. Dengan pembangunan irigasi yang baik mereka dapat membangun kebun kebun, tebu, kapas, padi, jeruk, anggur. Kemajuan dalam bidang ini membawa
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat bangunan dikembangkan oleh khalifah-khalifah di Spanyol.
Pemerintahan Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa lembaga berikut sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di Cordova, membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan roda air (water wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam, dan lainnya.
Selain itu, ia juga memperluas bangunan irigasi untuk pertanian dan pembangunan saluran air ke berbagai kota di Andalusia.

F. Perkembangan Intelektual

a.        Bidang Sains dan Teknologi

Membicarakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Spanyol, tak bisa lepas dari kerja besar pembangunan peradaban yang dilakukan para pembawa risalah Islam ke kawasan Eropa itu. Tak bisa juga dipisahkan dari kajian etika serta syari’at Islam yang didakwahkan para da’i. Itulah yang mendorong semangat para ilmuwan Muslim Spanyol:” Pengetahuan itu satu karena dunia juga satu, dunia satu karena Allah juga satu”. Prinsip “tauhid” semacam ini yang menjadi koridor berpikir para ilmuwan muslim dalam mengembangkan sains dan teknologi.
Tak mengherankan jika temuan-temuan para ilmuwan muslim pada zaman ini sangat revolusioner. Jauh sebelum Wilbur Wright dan Oliver Wright menemukan pesawat terbang pada abad 20, usaha menemukan alat transportasi penerbangan sudah dilakukan oleh Abu Abbas Al-Fernass. Bahkan ia sudah mencoba terbang, meski kendaraan yang ditemukannya tak sempurna. Sayangnya, sejarah peradaban dunia Islam yang berbasis di Andalusi, Spanyol itu, tak terekam oleh Barat. Sementara catatan-catatan sejarah Islam, ditutup rapat untuk tak dijadikan referensi.

b.       Bidang Astronomi

Pengkajian ilmu astronomi berkembang dengan pesatnya pada masa ini. Para ahli ilmu perbintangan muslim saat itu berkeyakinan bahwa radiasi bintang-bintang besar pengaruhnya terhadap kehidupan dan kerusakan di muka bumi. Al-majiriyah dari Cordova, al-Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat terkenal saat itu.

Beberapa tokoh terkemuka dibidang astronomi, antara lain:
a)      Nasiruddin at-Tusi, pendiri observatorium di Maragah, Asia Kecil. Dengan observatoriumnya, ia berhasil merekam perjalanan bintang dalam tabel astronomi Ilkhaniah. Sebuah bola berputar yang tersusun atas berbagai cincin membantu dalam penyelidikannya. Observatorium Maragah dilengkapi alat yang paling baik pada saat itu, antara lain alat pengamatan gerhana dan kedudukan bintang di cakrawala.
b)      Tsabit Ibn Qurra, ahli perbintangan yang memiliki observatorium penyelidik jarak matahari ke bumi. Ia mempelajari perjalanan matahari selama satu tahun.
c)      Al-Battani, oleh orang-orang Eropa lebih dikenal dengan nama Albategnius. Hasil pengamatan dalam observatoriumnya disalin kedalam bahasa latin, kemudian disusun kembali kedalam bahasa Arab.
d)     Abul Wafa, mengembangkan teori al-Battani dan berhasil menemukan teori tentang garis jalan bulan yang baru. Di Eropa jalan tersebut dinamakan variation. Untuk bisa menguasai teori yang ada dibuku Abul Wafa, para ilmuan Barat memerlukan waktu yang beratus tahun lamanya.
e)      Al-Farghani, di Eropa dikenal dengan nama Al-Faraganus. Dia ialah pelopor astronomi modern.

c.        Bidang Ilmu Matematika

Kemajuan dalam bidang matematika ditandai dengan munculnya sejumlah fisikawan muslim terkenal. Di antara mereka adalah al-Zahrawi dan al-Zuhry. Selaian terkenal sebagai fisikawan, mereka juga terkenal sebagai dokter. Al-Zahrawi hidup pada masa al-Hakam II, sedang al-Zuhry pada masa Abu Yusuf Ya’kub al-Mansur, Ubaidillah al-Muzaffar al-Bahily, selain sebagai fisikawan, juga dikenal sebagai pujangga.

d.       Bidang Filsafat

Dalam catatan sejarah, Islam di Andalusia telah memainkan peran yang sangat penting dalam perkembangan intelektual muslim. Agama ini menjadi jembatan penghubung antara peradaban dan ilmu pengetahuan Yunani – Arab ke Eropa pada abad ke-12 M. Minat untuk mengkaji bidang filsafat dan ilmu pengetahuan sudah dilakukan pada masa pemerintahan Bani Umayah, yakni sejak abad ke-9 M pada masa pemerintahan Muhamad Ibn Abdurrahman ( 832-886 M). Gerakan ilmu pengetahuan mulai tampak gencar dilakukan pada masa pemerintahan al-Hakam ( 961-976 M), ketika ia memerintahkan kaum ilmuan dan orang-orang kepercayaannya untuk mencari data dan naskah-naskah dari Timur dibawa ke Barat untuk dikembangkan lebih lanjut. Sehingga perpustakaan-perpustakaan dan universitas-universitas di Cordova penuh dengan karya-karya intelektual muslim.
Kemajuan intelektual muslim Andalusia yang paling gemilang dalam bidang filsafat ditandai dengan munculnya banyak filosuf kenamaan, mereka antara lain adalah Abu Bakar Muhamad Ibn Yahya Ibn Bajjah, lahir di Saragosa, lalu pindah ke Seville dan Granada. Ia merupakan seorang filosuf terbesar yang pernah hidup pada abad ke-12 M. Selain sebagai filosuf, dikenal pula sebagai seorang saintis, fisikawan, musisi, astronom, dan komentator Aristoteles. Karyanya terbesar antara lain adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Selain Ibn Bajjah, filosuf terkenal kedua adalah Abu Bakar Ibn Thufail, lahir di Granada. Ia banyak menulis ilmu kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang cukup terkenal adalah Hay Ibn Yaqdzan ( Si Hidup bin Si Bangkit). Kemudian pada akhir abad ke-12, lahirlah seorang filosuf terkenal bernama Ibn Rusyd, lahir di Cordova pada tahun 1126 M. Ia memiliki keahlian tersendiri dalam mengomentari karya-karya filsafat Aristoteles. Pemikiran yang dikembangkannya sangat raional. Karena begitu besarnya pengaruh pemikiran Ibn Ruysd di kalangan kaum intelektual Barat, maka pemikiran yang dikembangkannya dikenal dengan istilah Avveroisme. Ideologi pemikiran inilah yang membuka cakrawala pemikiran filsafat bangsa Barat. Sehingga bangsa Barat mengalami perkembangan yang sangat maju pada masa-masa sesudahnya.

e.        Bidang Ilmu Kedokteran

Dalam ilmu kedokteran, ilmuan Islam telah menyumbangkan peran sangat penting dan menentukan sejarah ilmu kedokteran modern. Beberapa tokoh terkemuka dan karyanya berikut ini telah menjadi saksi sejarah bagi ilmuan pada abad sekarang.
a.       Jabir ibn Hayyan, seorang dokter diawal kemajuan Islam. Ia dikenal sebagai Bapak Imu Kimia. Ia telah menulis puluhan buku penting mengenai ilmu kimia. Karya-karyanya menjadi rujukan penting bagi para kimiawan lainnya dan telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa asing.
b.      Abu Bakar bin Zakaria Ar Razi yang lebih dikenal dengan sebutan Ar Razi. Dikalangan Eropa lebih akrab dengan sebutan Rhazes Zakaria Ar-Razi adalah seorang ahli ilmu kedokteran pertama yang menulis masalah pengobatan secara medis atau ilmiah dan penemu air raksa. Karyanya adalah Al-Hawi hingga saat ini dijadikan rujukan ilmu kedokteran di dunia.
c. Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Husein bin Abdillah, ialah seorang dokter dan filsuf ternama. Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan sebutan Avicenna. Di dunia Islam beliau dikenal sebagai ahli filsafat ketuhanan. Ibnu Sina dilahirkan bukan hanya untuk orang Islam tetapi kaum Yahudi dan zionis pun mengakuinya. Dalam dunia Islam Ibnu Sina dianggap sebagai zenith (puncak ilmu kedokteran). Karyanya yang berjudul al-Qunun Fi at-Tibb dan Asy-Syifa menjadi rujukan dunia ilmu kedokteran sampai saat ini. Oleh karena itu, beliau dikenal sebagai Bapak Kedokteran.

f.        Bidang Bahasa dan sastra

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.

g.       Bidang Sejarah dan Hukum Islam

Ilmu sejarah dan sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan Islam. Ahli sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori sejarah dan sosiologi banyak bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain; Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu Batutah (1304 – 1374) seorang sejarawan yang pernah berkunjung ke Indonesia dan Asia Tenggara, Ibnu Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli sejarah dan geografi yang menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan Cicilia, Ibnu Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal dengan bukunya Mukaddimah.

Bidang ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan sebagainya.
h.   Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Andalusia Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
G. Keruntuhan Kekuasaan Islam Di Andalusia
Dr. Jaih Mubarok dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, menyatakan bahwa kemunduran Bani Umayyah di Andalusia ditandai dengan perebutan kekuasaan secara internal dinasti. Ketidakcakapan khalifah saat itu menyebabkan sering terjadinya perebutan jabatan. Sehingga kekuasaan Islam saat itu menjadi sangat rapuh.
Faktor lain yang menyebabkan keruntuhan islam di andalusia antara lain :
1.      Hancurnya Kekuasaan Islam dan Rendahnya Semangat Para Ahli Dalam Menggali   Budaya Islam.

Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M berdampak negatif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para Ilmuwan dilanda kelesuan, mereka tidak semangat lagi menggali dan mengkaji ilmu pengetahuan. Mereka seakan berputus asa ketika melihat serangan yang bertubi-tubi dilancarkan kepada umat Islam, terutama lagi tindakan penguasa Kristen itu terhadap peradaban Islam. Mereka menyaksikan banyak pusat-pusat peradaban di hancurkan, bahkan para ilmuwan sendiri, tidak sedikit yang tewas di bunuh tentara Kristen di Spanyol. Peristiwa yang tragis dan sangat mengenaskan itu, amat membekas di lubuk hati para ilmuwan, sehingga mereka banyak yang lari menyelamatkan diri ke Afrika Utara.
Peristiwa pahit yang terjadi pada tahun 1492 M itu, membawa dampak psikologis bagi para ilmuwan muslim. Mereka tidak lagi mempunyai gairah untuk bangkit kembali dan memajukan peradaban Islam, melalui ide-ide cemerlang dan usaha kreatif mereka selama ini yang telah memberikan andil besar bagi kemajuan peradaban Islam. Dampak yang lebih jauh dari sikap para ilmuwan muslim yang demikian itu, adalah terjadinya kemandegan peradaban. Peradaban Islam mengalami masa-masa suram dan penurunan kualitas intelektual umat Islam. Akhirnya harapan dan keinginan umat Islam yang mendambakan agar bangkit kembali membangun peradaban Islam, yang pernah jaya di masa lalu tak pernah terwujud.

    2. Banyaknya Orang-Orang Eropa Yang Menguasai Ilmu Pengetahuan Dari Islam.
Begitu besarnya perhatian para penguasa muslim dan para ilmuwannya terhadap ilmu pengetahuan maka mereka saling bekerja sama untuk memajukan bangsa dan negara. Banyak penelitian dan pengkajian dilakukan, lembaga-lembaga riset dibangun, Sekolah Tinggi dan Universitas didirikan. Di lembaga ini tidak hanya orang Islam yang diberi kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi semua orang termasuk orang Kristen. Akibatnya banyak orang-orang Kristen Barat yang tertarik dan belajar di Universitas-Universitas Islam itu,Karena tertarik oleh metode ilmiah Islam, banyak para pendeta Kristen yang menyatakan diri untuk belajar di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Contohnya seorang pendeta Roma, Italia bernama Roger Bacon ( 1214 – 1292 M.), ia datang ke Paris untuk belajar bahasa Arab antara tahun 1240 sampai 1268 M. Setelah mahir menguasai bahasa Arab, ia segera membaca dan menterjemahkan berbagai ilmu pengetahuan yang ditulis ilmuwan muslim dalam bahasa Arab. Ilmu yang menarik hatinya adalah ilmu pasti. Buku-buku yang asli berbahasa Arab dan hasil terjemahannya banyak di bawa ke Inggris. Lalu disimpan di Universitas Oxford. Hasil terjemahan Bacon itu, diterbitkan dan menggunakan namanya sendiri. Ia tidak menyebutkan nama-nama asli pengarang buku-buku itu, yang tak lain adalah ilmuwan-ilmuwan muslim. Di antara karangan yang diterjemahkannya dan tidak menyebutkan nama asli pengarangnya itu, adalah kitab Al Manadzir karya Ali Al-Hasan Ibnu Haitsam ( 965 – 1038 M ). Di dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu, kemudian buku itu disebut sebagai karya Roger Bacon.

Namun dalam buku Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, Dr. Badri Yatim menjelaskan secara panjang lebar perihal keruntuhan dinasti ini. Menurutnya, ada  beberapa faktor yang menyebabkan keruntuhan dan kehancuran islam di Andalusia, diantaranya:
1.                   Konflik Agama
Pada saat itu, penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna, Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan kristen yang menjadi taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi hierarki tradisional. Pada abad ke-11 Masehi, umat kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat islam sedang mengalami kemunduran. Ditambah karena pertentangan internal yang terjadi, tentara Kristen dengan mudah menjatuhkan kekuasaan Islam di Andalusia. Tragedi yang sangat merugikan umat Islam pun terjadi. Pada tahun 1499 Masehi, Cardinal Ximenez de Cisnore mengunjungi Granada dan berdiskusi dengan para hakim dan ahli hukum disana. Hasilnya, umat Islam di Andalusia saat itu diberi dua pilihan, masuk Kristen atau keluar dari Andalusia.
2.                   Tidak Adanya Ideologi Pemersatu

            Kalau di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi ideologi itu.
3.         Kesulitan Ekonomi
Pada paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa lalai dalam membina perekonomian karena terlalu sibuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan membangun kota. Sehingga timbul kesulitan ekonomi yang sangat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4.                   Ketidak jelasan sistem peralihan kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan bani umayyah runtuh dan muluk al-thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan islam terakhir di spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, diantaranya juga di sebabkan karena masalah ini.

5.                   Keterpencilan
Keadaan umat Islam di Spanyol bagaikan terpencil dari dunia islam yang lain. Sehingga membuat mereka berjuang sendirian ketika pemberontakan umat Kristen gencar dilakukan, mereka tidak  mendapatkan bantuan kecuali dari Afrika Utara. Kebangkitan umat Kristen pun menjadi tidak terbendung, dengan demikian berakhirlah kejayaan Islam.



























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dengan masuknya Islam ke Andalusia, mulai saat itu Islam mengalami perkembangan yang cukup pesat bahkan penyebarannya hingga ke benua eropa. selama tujuh abad, panji-panji islam berkibar di Andalusia. Bangsa Andalusia menjadi negara yang paling menjungjung tinggi peradaban di belahan eropa. Dari sinilah dapat ditarik pelajaran (ibrah) yang sangat penting bagi tumbuh kembangnya islam di Andalusia. Adapun ibrah yang bisa di petik sebagai pelajaran tentang masuknya islam di Andalsia, antara lain sebagai berikut :

1.        Islam dengan mudah di terima di Andalusia (spanyol) karena penguasa spanyol pada waktu itu sangat kejam, tidak adil, dan tidak toleran terhadap penganut agama selain Kristen. Di lain pihak, islam memberikan kebebasan kepada rakyat untuk menganut agamanya masing-masing dan lebih mementingkan perdamaian serta menjungjung tinggi keadilan.

2.        Dengan masuknya islam, andalusia menjadi negara islam yang kuat, megah, dan berkeadilan. masjid agung kordoba menjadi pusat tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Selama tujuh abad umat islam mencapai kejayaan di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial kemasyarakatan, serta pembangunan fisik.

3.        Andalusia pada masa kejayaannya menjadi pusat belajar filsafat, kedokteran, ataupun ilmu alam oleh sarjana eropa. Islam memberikan kebebasan berfikir kepada setiap pemeluknya.

4.        Pada saat islam berkembang dan kordoba menjadi pusat ilmu pengetahuan, bangsa eropa sedang tenggelam dalam masa perbudakan dan kemunduran. Pada abad ke lima belass, bangsa eropa baru menyadari kemunduran tersebut, kemudian muncullah yang di sebut renaissance. Kebangkitan orang-orang eropa pada hakikatnya adalah kesadaran mereka untuk menggali sejarah. Islam telah memberikan pelajaran bagi siapa saja untuk mengembangkan dan mengambil pelajaran dari sejarah masa lalu untuk di terapkan pada masa sekarang.


B.     Saran
Belajar dari masa lalu merupakan sesuatu yang perlu kita lakukan. Dari uraian di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus berusaha dengan maksimal agar bisa membuat perubahan seperti kisah berdirinya Islam Di Andalusia. Di samping itu kita sebagai umat Islam juga harus bisa menjaga persatuan dan kesatuan agar musuh-musuh Islam tidak bisa menghancurkan kita.


DAFTAR PUSTAKA

Hassan, Hassan Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.
Lubis,Amani,dkk,2005,Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Jakarta.
Yatim Badri,2010,Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja grafindo Persada.
Mubarok, Jaih (Dr.,M.Ag, Prof.).Bandung:CV Pustaka Islamika.


0 comments :

Post a Comment