Thursday, November 13, 2014

Sanad dan Matan Hadis
Dalam mempelajari hadis Nabi Muhammad SAW, seseorang terlebih dahulu harus mengetahui dua unsur penting yang menentukan keberadaan dan kualitas hadis, yaitu sanad dan matan. Kedua unsur penting ini saling berkaitan dan berhubungan erat, sehingga apabila salah satunya tidak ada maka tentu akan berpengaruh bahkan akan merusak eksistensi dan kualitas hadis tersebut.
Suatu berita tidak akan disebut sebagai hadis apabila tidak memiliki sanad, adapun dapat dinamakan sebagai hadis, maka hadis tersebut bukan hadis shahih, melainkan hadis dha’if.
Begitupun dengan matan, tidak akan ada sanad dalam suatu hadis apabila matan tidak ada. Karena matan adalah materi hadis yang didalamnya adalah qaulli (perkataan),  af’ali (perbuatan) dan taqriri (persetujuan/ketetapan) Nabi Muhammad SAW.
Dalam penilaian kualitas sebuah hadis, kedua unsur ini sangat penting dan menetukan. Sehingga objek penelitian hadis adalah matan dan sanad hadis.

Mari kita kaji lebih dalam kedua unsur penting ini, sanad dan matan hadis.
Sanad secara etimologi berarti almu’tamad (yang bisa dijadikan pegangan) atau bisa juga disebut maayartafa’a minal ardhi (sesuatu yang terangkat tinggi dari bumi). Sedangkan menurut terminologi, Huwa thariiqulmatani, aysilsilaturruwaatilladziina naqalulmatana min mashdarihil awwal. Artinya: Sanad adalah jalannya matan, yaitu silsilah yang memindahkan/meriwayatkan matan dai sumbernya yang pertama.
Matan menurut bahasa adalah maa shaluba wartafa’a minal ardhi ( sesuatu yang keras dan terangkat tinggi dari bumi). Sedangkan menurut istilah, maa yantahii ilahissanadu minalkalami yaitu Sesuatu yang berakhir padanya (terletak sesudah) sanad, yaitu berupa perkataan.
Atau juga bisa diartikan sebagai huwallafdzul hadiitsillatii taquumu bihaa ma’aanihi (yaitu lafadz yang memuat berbagai pengertian).
Agar lebih jelas, mari kita ambil contoh salah satu hadits yang berbunyi:
Haddatsanaa ‘abdullaahi ibnu yusuf  qaala akhbarnaa maalikun ‘anibni syihaabin ‘anmuhammadin ibnu jubairibni muth’im ‘an abiihi qaala: sami’tu rasuulullaahi shallallaahu’alaihi wasallam qara’a filmaghribiththuuri”
Artinya:
Memberitakan kepada kami Abdullah bin Yusuf ia berkata: memberitakan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW membaca surat Ath-Thur pada shalat Maghrib.”

Nama

Perawi*


Sanad
Jubair bin Muth’im dari ayahnya
Perawi pertama
Sanad ke lima
Muhammad
Perawi ke dua
Sanad ke empat
Ibnu Syihab
Perwai ke tiga
Sanad ke tiga
Malik
Perawi ke empat
Sanad ke dua
Abdullah bin Yusuf
Perawi ke lima
Sanad pertama
Imam Bukhari
Perawi ke enam (Mukharrij)**


Matan Hadis


Qara’a filmaghribiththuuri

*   Perawi/Rawi (Periwayat) adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa yang pernah didengar atau yang diterimanya dari seseorang (gurunya)
**    Mukaharrij adalah orang yang menukilkan atau yang meriwayatkan hadis dan ditulis dalam kitab karyanya


Sumber:
Buku ‘Ulumul Hadis karya DR. Nawir Yuslem, MA

Buku ‘Ulumul Hadis karya DR. H. Abdul Majid Khon,M.Ag

0 comments :

Post a Comment