BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sering kita mendengar bahwa peristiwa masa lalu
bisa dijadikan sebagai jas merah, sebenarnya maksud dari kata jas merah itu
sendiri adalah “jangan sampai melupakan sejarah”. Apalagi kita sebagai orang
Islam dan menuntut ilmu di Universitas Islam tentunya harus paham akan sejarah
kebudayaan islam di masa lalu. Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa dan
mengambil ibarah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi.
Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai Islam di
Andalusia. Andalusia yang kita kenal sekarang semula disebut Vandal yang
kemudian oleh bangsa Arab disebut Andalusia. Dan untuk lebih detailnya tentang
perkembangan Islam di Andalusia ini akan diuraikan dalam bab Pembahasan.
B.rumusan masalah
Dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam
makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara rinci, tapi akan dibahas
inti dari pembahasan
Islam Di Andalusia pada waktu itu, yaitu mengenai sub pokok
bahasan, meliputi:
1. Bagaimana Perkembangan
Politik yang terjadi pada masa Islam Di Andalusia.
2. Gerakan Pembebasan,
yaitu yang menjelaskan bagaimana Islam menaklukkan musuh-musuh nya untuk
menyebarkan Islam Di Andalusia.
3. masa
keamiran dan kekhalifahan
4.
Perkembangan Peradaban, yaitu yang menjelaskan dari segi pembangunan mesjid,
dan pemandian umum, pembangunan di bidang pertanian (tebu, tembakau, dll), irigasi,
industri, perkapalan, dan perluasan
perdagangan
5. Perkembangan
Intelektual, yaitu yang menjelaskan tentang sains, tekhnologi, astronomi,
matematika, filsafat, kedokteran, sastra, sejarah, dan hukum
6. Keruntuhan
Kekuasaan Islam Di Andalusia, yaitu yang menjelaskan tentang sebab-sebab
runtuhnya Islam Di Andalusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Gerakan Pembebasan
Sebelum kedatangan umat Islam, daerah Iberia merupakan
kerajaan Hispania yang dikuasai oleh orang Kristen Visigoth. Pada tahun 711 M, pasukan Umayyah yang sebagian besar merupakan bangsa Moor dari Afrika Barat Laut, menyerbu Hispania
dipimpin jenderal Tariq
bin Ziyad, dan dibawah perintah dari Kekhalifahan
Umayyah di Damaskus.
Pasukan ini mendarat di Gibraltar pada 30 April, dan terus menuju utara. Setelah mengalahkan Raja Roderic dari Visigoth dalam Pertempuran
Guadalete ( 711 M ), kekuasaan Islam terus berkembang hingga
pada tahun 719 M. Hanya daerah Galicia, Basque dan Asturias yang tidak tunduk kepada kekuasaan Islam. Setelah itu, pasukan Islam
menyeberangi Pirenia untuk menaklukkan Perancis, namun berhasil dihentikan oleh kaum Frank dalam pertempuran Tours (732 M). Daerah yang dikuasai Muslim Umayyah ini disebut provinsi Al-Andalus,
terdiri dari Spanyol, Portugal dan Perancis bagian selatan yang
disebut sekarang
Andalusia - Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M), salah seorang khalifah dari
Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana Umat Islam sebelumnya telah mengusai Afrika Utara. Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu
Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik.
Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima
ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal
yang disediakan oleh Julian.
Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan
yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan
Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan
perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M
mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah.
Thariq ibn Ziyad Rahimahullah
lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri
dari sebagian besar suku
Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah dan
sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid Rahimahullah. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah
pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah.
Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan
pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal
Thariq).
Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu
secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq Rahimahullah dan pasukannya
terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu). Sebelum
Thariq Rahimahullah berhasil menaklukkan kota Toledo, ia meminta
tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair Rahimahullah di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah
pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan
pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad Rahimahullah
membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair Rahimahullah
merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud
membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat
menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat
ditaklukkannya. Setelah Musa Rahimahullah berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada
masa pemerintahan Khalifah Umar
ibn Abd al-Aziz Rahimahullah tahun 99 H/717 M.
Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis
Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah Rahimahullah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada
tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman ibn Abdullah
al-Ghafiqi Rahimahullah. Dengan pasukannya, ia menyerang
kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles
Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu, masih juga terdapat
penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau
seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian
penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat
dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan
menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan
dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa,
yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari
penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.
Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga
keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan
hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru
pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer
Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan,
keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada
penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat
perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat
banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi
masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga
pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi
yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Gothia, perekonomian lumpuh dan
kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap,
beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui
akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan
tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk
terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Gothia terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Ghothia adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin.
Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif,
Tariq dan Musa Rahimahumullah.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat
perang Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan
bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat
dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya
kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah
dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan
tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam
pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
B.
Perkembangan Politik
Pada awalnya, Al-Andalus dikuasai oleh
seorang wali
Yusuf Al-Fihri (gubernur) yang ditunjuk oleh Khalifah di Damaskus,
dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Namun pada tahun 740an M, terjadi perang
saudara yang menyebabkan melemahnya kekuasaan Khalifah. Dan pada tahun 746 M, Yusuf Al-Fihri memenangkan perang
saudara tersebut, menjadi seorang penguasa yang tidak terikat kepada
pemerintahan di Damaskus.
Pada tahun 750 M, bani Abbasiyah menjatuhkan pemerintahan Umayyah di Damaskus, dan merebut kekuasaan atas
daerah-daerah Arabia. Namun pada tahun 756 M, Abdurrahman I (Ad-Dakhil) melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi penguasa Kordoba
dengan gelar Amir Kordoba. Abdurrahman menolak untuk tunduk kepada kekhalifahan Abbasiyah yang baru
terbentuk, karena pasukan Abbasiyah telah membunuh sebagian besar keluarganya.
Ia memerintah selama 30 tahun, namun memiliki
kekuasaan yang lemah di Al-Andalus dan ia berusaha menekan perlawanan dari
pendukung Al-Fihri maupun khalifah Abbasiyah.
Selama satu setengah abad berikutnya, keturunannya
menggantikannya sebagai Amir Kordoba, yang memiliki kekuasaan tertulis atas
seluruh Al-Andalus bahkan kadang-kadang meliputi Afrika Utara bagian barat. Pada kenyataannya, kekuasaan Amir Kordoba, terutama di
daerah yang berbatasan dengan kaum Kristen, sering mengalami naik-turun
politik, itu tergantung kecakapan dari sang Amir yang sedang berkuasa. Amir Abdullah
bin Muhammad bahkan hanya memiliki kekuasaan atas
Kordoba saja.
Cucu Abdullah, Abdurrahman III, menggantikannya pada tahun 912 M, dan dengan cepat mengembalikan
kekuasaan Umayyah atas Al-Andalus dan bahkan Afrika Utara bagian barat. Pada
tahun 929 M ia mengangkat dirinya sebagai Khalifah, sehingga keamiran ini sekarang memiliki kedudukan setara dengan
kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan kekhalifahan Syi'ah di Tunis.
C. Masa Keamiran
- Abdurrahman I,
756-788
- Hisyam I, 788-796
- Al-Hakam I, 796-822
- Abdur-rahman II, 822-888
- Abdullah bin
Muhammad, 888-912
- Abdur-rahman III, 912-929
D. Masa Kekhalifahan
- Abdur-rahman III, 929-961
- Al-Hakam II,
961-976
- Hisyam II,
976-1008
- Muhammad II,
1008-1009
- Sulaiman, 1009-1010
- Hisyam II,
1010-1012
- Sulaiman, dikembalikan, 1012-1017
- Abdur-rahman IV, 1021-1022
- Abdur-rahman V, 1022-1023
- Muhammad III,
1023-1024
- Hisyam III, 1027-1031
E. Perkembangan Peradaban
Andalusia adalah negeri yang subur.
Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya
banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat
Andalusia Islam merupakan masyarakat majemuk, yang terdiri dari : Komunitas-komunitas Arab
(Utara dan Selatan), Al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam
yang berasal dari Afrika Utara), Al-Shaqalibah (tentara bayaran yang dijual Jerman kepada penguasa Islam),
Yahudi, Kristen
Muzareb (yang berbudaya Arab), dan umat Kristen yang masih menentang kehadiran Islam.
Semua komunitas inilah, kecuali yang
terakhir, yang memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan
budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmiah dan sastra dalam hal
kemajuan intelektual, dan pembangunan fisik di Andalusia - Spanyol.
1.
Pembangunan
Mesjid dan Perkotaan
Dalam masa pemerintahannya, Abdurrahman II berhasil membangun kota dan
daerah Lusitania, Murcia, Valencia, Castile dan kota-kota lainnya. Kota – kota
tersebut dipindah dengan bangunan-bangunan umum, seperti masjid-masjid besar,
perpustakaan dan lain-lain, termasuk pembangunan pabrik senjata di Cartagena
dan Cadiz.
2.
Pembangunan
Istana, Pertamanan, dan Pemandian Umum.
Dalam masa bergulirnya
peradaban Islam di Andalusia Berdirilah beberapa istana-istana megah diantara
Istana-istana yang pernah didirikan adalah, Istana Al-Hambra. Istana ini dilengkapi dengan taman mirta semacam pohon
myrtuscommunis dan juga bunga-bunga yang indah harum semerbak, serta suasana
yang nyaman. Kemudian, ada juga Hausyus Sibb (Taman Singa), taman yang
dikelilingi oleh 128 tiang yang terbuat dari marmer. Di taman ini pula terdapat
kolam air mancur yang dihiasi dengan dua belas patung singa yang berbaris
melingkar, yakni dari mulut patung singa-singa tersebut keluar air yang
memancar.
Selain itu, istana merah ini dikelilingi oleh benteng dengan plesteran yang
kemerah-merahan. Yang lebih unik lagi pada bagian luar dan dalam istana ini
ditopang oleh pilar-pilar panjang sebagai penyangga juga penghias istana
Alhambra. Kemudian, dinding istana itu baik di luar atau pun dalam istana
banyak dihiasi dengan kaligrafi-kaligrafi Arab dengan ukiran yang khas yang
sulit dicari tandingannya.
Ciri khusus
kota adalah adanya tempat pemandian. Di Cordova terdapat 900 pemandian.
3.
Pembangunan
Pertanian, Irigasi, Industri, Perkapalan, dan Perluasan Perdagangan.
Dalam pertumbuhan Islam di Andalusia, bangsa Arab diperkenalkan dengan
persoalan yang menyangkut pertanian, karena wilayah Spanyol sangat subur bagi
pertumbuhan lapangan pertanian. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pemerintahan
agar orang-orang di Spanyol bergerak dalam lapangan pertanian.
Spanyol sudah mengenal irigasi dan saluran-saluran
air. Dengan pembangunan irigasi yang baik mereka dapat membangun kebun kebun, tebu, kapas, padi, jeruk, anggur. Kemajuan dalam bidang ini membawa
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat bangunan dikembangkan oleh khalifah-khalifah di Spanyol.
air. Dengan pembangunan irigasi yang baik mereka dapat membangun kebun kebun, tebu, kapas, padi, jeruk, anggur. Kemajuan dalam bidang ini membawa
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat bangunan dikembangkan oleh khalifah-khalifah di Spanyol.
Pemerintahan Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa
lembaga berikut sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di
Cordova, membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan
penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan
roda air (water wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan
pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam, dan lainnya.
Selain itu, ia juga memperluas bangunan irigasi untuk pertanian dan
pembangunan saluran air ke berbagai kota di Andalusia.
F. Perkembangan Intelektual
a.
Bidang Sains
dan Teknologi
Membicarakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Spanyol, tak
bisa lepas dari kerja besar pembangunan peradaban yang dilakukan para pembawa
risalah Islam ke kawasan Eropa itu. Tak bisa juga dipisahkan dari kajian etika
serta syari’at Islam yang didakwahkan para da’i. Itulah yang mendorong semangat
para ilmuwan Muslim Spanyol:” Pengetahuan itu satu karena dunia juga satu,
dunia satu karena Allah juga satu”. Prinsip “tauhid” semacam ini yang menjadi
koridor berpikir para ilmuwan muslim dalam mengembangkan sains dan teknologi.
Tak mengherankan jika temuan-temuan para ilmuwan muslim pada zaman ini
sangat revolusioner. Jauh sebelum Wilbur Wright dan Oliver Wright menemukan
pesawat terbang pada abad 20, usaha menemukan alat transportasi penerbangan
sudah dilakukan oleh Abu Abbas Al-Fernass. Bahkan ia sudah mencoba terbang,
meski kendaraan yang ditemukannya tak sempurna. Sayangnya, sejarah peradaban
dunia Islam yang berbasis di Andalusi, Spanyol itu, tak terekam oleh Barat.
Sementara catatan-catatan sejarah Islam, ditutup rapat untuk tak dijadikan
referensi.
b.
Bidang
Astronomi
Pengkajian ilmu astronomi berkembang dengan pesatnya pada masa ini. Para
ahli ilmu perbintangan muslim saat itu berkeyakinan bahwa radiasi
bintang-bintang besar pengaruhnya terhadap kehidupan dan kerusakan di muka
bumi. Al-majiriyah dari Cordova, al-Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari
Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat terkenal saat itu.
Beberapa tokoh terkemuka dibidang astronomi, antara lain:
a)
Nasiruddin at-Tusi, pendiri observatorium di Maragah,
Asia Kecil. Dengan observatoriumnya, ia berhasil merekam perjalanan bintang
dalam tabel astronomi Ilkhaniah. Sebuah bola berputar yang tersusun atas
berbagai cincin membantu dalam penyelidikannya. Observatorium Maragah
dilengkapi alat yang paling baik pada saat itu, antara lain alat pengamatan
gerhana dan kedudukan bintang di cakrawala.
b)
Tsabit Ibn Qurra, ahli perbintangan yang memiliki observatorium
penyelidik jarak matahari ke bumi. Ia mempelajari perjalanan matahari selama
satu tahun.
c)
Al-Battani, oleh orang-orang Eropa lebih dikenal
dengan nama Albategnius. Hasil pengamatan dalam observatoriumnya disalin
kedalam bahasa latin, kemudian disusun kembali kedalam bahasa Arab.
d)
Abul Wafa, mengembangkan teori al-Battani dan berhasil
menemukan teori tentang garis jalan bulan yang baru. Di Eropa jalan tersebut
dinamakan variation. Untuk bisa menguasai teori yang ada dibuku Abul
Wafa, para ilmuan Barat memerlukan waktu yang beratus tahun lamanya.
e)
Al-Farghani, di Eropa dikenal dengan nama
Al-Faraganus. Dia ialah pelopor astronomi modern.
c.
Bidang Ilmu
Matematika
Kemajuan dalam bidang matematika ditandai
dengan munculnya sejumlah fisikawan muslim terkenal. Di antara mereka adalah
al-Zahrawi dan al-Zuhry. Selaian terkenal sebagai fisikawan, mereka juga
terkenal sebagai dokter. Al-Zahrawi hidup pada masa al-Hakam II, sedang
al-Zuhry pada masa Abu Yusuf Ya’kub al-Mansur, Ubaidillah al-Muzaffar
al-Bahily, selain sebagai fisikawan, juga dikenal sebagai pujangga.
d.
Bidang
Filsafat
Dalam catatan sejarah, Islam di Andalusia telah memainkan peran yang sangat
penting dalam perkembangan intelektual muslim. Agama ini menjadi jembatan
penghubung antara peradaban dan ilmu pengetahuan Yunani – Arab ke Eropa pada
abad ke-12 M. Minat untuk mengkaji bidang filsafat dan ilmu pengetahuan sudah
dilakukan pada masa pemerintahan Bani Umayah, yakni sejak abad ke-9 M pada masa
pemerintahan Muhamad Ibn Abdurrahman ( 832-886 M). Gerakan ilmu pengetahuan
mulai tampak gencar dilakukan pada masa pemerintahan al-Hakam ( 961-976 M),
ketika ia memerintahkan kaum ilmuan dan orang-orang kepercayaannya untuk
mencari data dan naskah-naskah dari Timur dibawa ke Barat untuk dikembangkan
lebih lanjut. Sehingga perpustakaan-perpustakaan dan universitas-universitas di
Cordova penuh dengan karya-karya intelektual muslim.
Kemajuan intelektual muslim Andalusia yang paling gemilang dalam bidang
filsafat ditandai dengan munculnya banyak filosuf kenamaan, mereka antara lain
adalah Abu Bakar Muhamad Ibn Yahya Ibn Bajjah, lahir di Saragosa, lalu pindah
ke Seville dan Granada. Ia merupakan seorang filosuf terbesar yang pernah hidup
pada abad ke-12 M. Selain sebagai filosuf, dikenal pula sebagai seorang
saintis, fisikawan, musisi, astronom, dan komentator Aristoteles. Karyanya terbesar
antara lain adalah Tadbir al-Mutawahhid.
Selain Ibn Bajjah, filosuf terkenal kedua adalah Abu Bakar Ibn Thufail, lahir di Granada. Ia banyak menulis ilmu kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang cukup terkenal adalah Hay Ibn Yaqdzan ( Si Hidup bin Si Bangkit). Kemudian pada akhir abad ke-12, lahirlah seorang filosuf terkenal bernama Ibn Rusyd, lahir di Cordova pada tahun 1126 M. Ia memiliki keahlian tersendiri dalam mengomentari karya-karya filsafat Aristoteles. Pemikiran yang dikembangkannya sangat raional. Karena begitu besarnya pengaruh pemikiran Ibn Ruysd di kalangan kaum intelektual Barat, maka pemikiran yang dikembangkannya dikenal dengan istilah Avveroisme. Ideologi pemikiran inilah yang membuka cakrawala pemikiran filsafat bangsa Barat. Sehingga bangsa Barat mengalami perkembangan yang sangat maju pada masa-masa sesudahnya.
Selain Ibn Bajjah, filosuf terkenal kedua adalah Abu Bakar Ibn Thufail, lahir di Granada. Ia banyak menulis ilmu kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang cukup terkenal adalah Hay Ibn Yaqdzan ( Si Hidup bin Si Bangkit). Kemudian pada akhir abad ke-12, lahirlah seorang filosuf terkenal bernama Ibn Rusyd, lahir di Cordova pada tahun 1126 M. Ia memiliki keahlian tersendiri dalam mengomentari karya-karya filsafat Aristoteles. Pemikiran yang dikembangkannya sangat raional. Karena begitu besarnya pengaruh pemikiran Ibn Ruysd di kalangan kaum intelektual Barat, maka pemikiran yang dikembangkannya dikenal dengan istilah Avveroisme. Ideologi pemikiran inilah yang membuka cakrawala pemikiran filsafat bangsa Barat. Sehingga bangsa Barat mengalami perkembangan yang sangat maju pada masa-masa sesudahnya.
e.
Bidang Ilmu
Kedokteran
Dalam ilmu kedokteran, ilmuan Islam telah menyumbangkan peran sangat
penting dan menentukan sejarah ilmu kedokteran modern. Beberapa tokoh terkemuka
dan karyanya berikut ini telah menjadi saksi sejarah bagi ilmuan pada abad
sekarang.
a.
Jabir ibn Hayyan, seorang dokter diawal kemajuan
Islam. Ia dikenal sebagai Bapak Imu Kimia. Ia telah menulis puluhan buku
penting mengenai ilmu kimia. Karya-karyanya menjadi rujukan penting bagi para
kimiawan lainnya dan telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa asing.
b.
Abu Bakar bin Zakaria Ar Razi yang lebih dikenal
dengan sebutan Ar Razi. Dikalangan Eropa lebih akrab dengan sebutan Rhazes
Zakaria Ar-Razi adalah seorang ahli ilmu kedokteran pertama yang menulis
masalah pengobatan secara medis atau ilmiah dan penemu air raksa. Karyanya
adalah Al-Hawi hingga saat ini dijadikan rujukan ilmu kedokteran di dunia.
c. Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Husein bin Abdillah, ialah seorang
dokter dan filsuf ternama. Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan sebutan Avicenna.
Di dunia Islam beliau dikenal sebagai ahli filsafat ketuhanan. Ibnu Sina
dilahirkan bukan hanya untuk orang Islam tetapi kaum Yahudi dan zionis pun
mengakuinya. Dalam dunia Islam Ibnu Sina dianggap sebagai zenith (puncak ilmu
kedokteran). Karyanya yang berjudul al-Qunun Fi at-Tibb dan Asy-Syifa
menjadi rujukan dunia ilmu kedokteran sampai saat ini. Oleh karena itu, beliau
dikenal sebagai Bapak Kedokteran.
f.
Bidang
Bahasa dan sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di
Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan,
penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak
yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata
bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn
Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan
al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra
bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji
Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn
Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
g.
Bidang
Sejarah dan Hukum Islam
Ilmu sejarah dan sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa
pemerintahan Islam. Ahli sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori
sejarah dan sosiologi banyak bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain;
Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus,
Ibnu Batutah (1304 – 1374) seorang sejarawan yang pernah berkunjung ke
Indonesia dan Asia Tenggara, Ibnu Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang
ahli sejarah dan geografi yang menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania
dan Cicilia, Ibnu Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang
terkenal dengan bukunya Mukaddimah.
Bidang ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada
akhirnya melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain
Ibnu Rusyd yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah
al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul
al-Ahkam, dan sebagainya.
h. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Andalusia Islam mencapai
kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap
kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan
kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu
diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada
budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
G.
Keruntuhan Kekuasaan Islam Di Andalusia
Dr.
Jaih Mubarok dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam, menyatakan bahwa kemunduran
Bani Umayyah di Andalusia ditandai dengan perebutan kekuasaan secara internal
dinasti. Ketidakcakapan khalifah saat itu menyebabkan sering terjadinya
perebutan jabatan. Sehingga kekuasaan Islam saat itu menjadi sangat rapuh.
Faktor
lain yang menyebabkan keruntuhan islam di andalusia antara lain :
1.
Hancurnya Kekuasaan Islam dan Rendahnya Semangat Para
Ahli Dalam Menggali Budaya Islam.
Hancurnya kekuasaan Islam di Andalusia pada tahun 1492 M berdampak negatif
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Para Ilmuwan dilanda
kelesuan, mereka tidak semangat lagi menggali dan mengkaji ilmu pengetahuan.
Mereka seakan berputus asa ketika melihat serangan yang bertubi-tubi
dilancarkan kepada umat Islam, terutama lagi tindakan penguasa Kristen itu
terhadap peradaban Islam. Mereka menyaksikan banyak pusat-pusat peradaban di
hancurkan, bahkan para ilmuwan sendiri, tidak sedikit yang tewas di bunuh
tentara Kristen di Spanyol. Peristiwa yang tragis dan sangat mengenaskan itu,
amat membekas di lubuk hati para ilmuwan, sehingga mereka banyak yang lari menyelamatkan
diri ke Afrika Utara.
Peristiwa pahit yang terjadi pada tahun 1492 M itu, membawa dampak
psikologis bagi para ilmuwan muslim. Mereka tidak lagi mempunyai gairah untuk
bangkit kembali dan memajukan peradaban Islam, melalui ide-ide cemerlang dan
usaha kreatif mereka selama ini yang telah memberikan andil besar bagi kemajuan
peradaban Islam. Dampak yang lebih jauh dari sikap para ilmuwan muslim yang
demikian itu, adalah terjadinya kemandegan peradaban. Peradaban Islam mengalami
masa-masa suram dan penurunan kualitas intelektual umat Islam. Akhirnya harapan
dan keinginan umat Islam yang mendambakan agar bangkit kembali membangun
peradaban Islam, yang pernah jaya di masa lalu tak pernah terwujud.
2. Banyaknya Orang-Orang Eropa Yang Menguasai Ilmu Pengetahuan Dari Islam.
Begitu besarnya perhatian para
penguasa muslim dan para ilmuwannya terhadap ilmu pengetahuan maka mereka
saling bekerja sama untuk memajukan bangsa dan negara. Banyak penelitian dan
pengkajian dilakukan, lembaga-lembaga riset dibangun, Sekolah Tinggi dan
Universitas didirikan. Di lembaga ini tidak hanya orang Islam yang diberi
kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan, tetapi semua orang termasuk orang Kristen.
Akibatnya banyak orang-orang Kristen Barat yang tertarik dan belajar di
Universitas-Universitas Islam itu,Karena tertarik oleh metode ilmiah Islam,
banyak para pendeta Kristen yang menyatakan diri untuk belajar di
lembaga-lembaga pendidikan Islam. Contohnya seorang pendeta Roma, Italia
bernama Roger Bacon ( 1214 – 1292 M.), ia datang ke Paris untuk belajar bahasa
Arab antara tahun 1240 sampai 1268 M. Setelah mahir menguasai bahasa Arab, ia
segera membaca dan menterjemahkan berbagai ilmu pengetahuan yang ditulis
ilmuwan muslim dalam bahasa Arab. Ilmu yang menarik hatinya adalah ilmu pasti.
Buku-buku yang asli berbahasa Arab dan hasil terjemahannya banyak di bawa ke
Inggris. Lalu disimpan di Universitas Oxford. Hasil terjemahan Bacon itu,
diterbitkan dan menggunakan namanya sendiri. Ia tidak menyebutkan nama-nama
asli pengarang buku-buku itu, yang tak lain adalah ilmuwan-ilmuwan muslim. Di
antara karangan yang diterjemahkannya dan tidak menyebutkan nama asli
pengarangnya itu, adalah kitab Al Manadzir karya Ali Al-Hasan Ibnu Haitsam (
965 – 1038 M ). Di dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu,
kemudian buku itu disebut sebagai karya Roger Bacon.
Namun dalam buku Sejarah Peradaban Islam:
Dirasah Islamiyah II, Dr. Badri Yatim menjelaskan secara panjang lebar perihal
keruntuhan dinasti ini. Menurutnya, ada
beberapa faktor yang menyebabkan keruntuhan dan kehancuran islam di
Andalusia, diantaranya:
1.
Konflik Agama
Pada
saat itu, penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna, Mereka
sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan kristen
yang menjadi taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat
mereka, termasuk posisi hierarki tradisional. Pada abad ke-11 Masehi, umat
kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat islam sedang mengalami
kemunduran. Ditambah karena pertentangan internal yang terjadi, tentara Kristen
dengan mudah menjatuhkan kekuasaan Islam di Andalusia. Tragedi yang sangat
merugikan umat Islam pun terjadi. Pada tahun 1499 Masehi, Cardinal Ximenez de
Cisnore mengunjungi Granada dan berdiskusi dengan para hakim dan ahli hukum
disana. Hasilnya, umat Islam di Andalusia saat itu diberi dua pilihan, masuk
Kristen atau keluar dari Andalusia.
2.
Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau
di tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang
sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di
Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi.
Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan
muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non Arab yang ada sering menggerogoti dan
merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah
sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang
dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi
personifikasi ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Pada
paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa lalai dalam membina
perekonomian karena terlalu sibuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan membangun
kota. Sehingga timbul kesulitan ekonomi yang sangat memberatkan dan
mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4.
Ketidak jelasan sistem
peralihan kekuasaan
Hal ini menyebabkan
perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan bani
umayyah runtuh dan muluk al-thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat
kekuasaan islam terakhir di spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella,
diantaranya juga di sebabkan karena masalah ini.
5.
Keterpencilan
Keadaan
umat Islam di Spanyol bagaikan terpencil dari dunia islam yang lain. Sehingga
membuat mereka berjuang sendirian ketika pemberontakan umat Kristen gencar
dilakukan, mereka tidak mendapatkan
bantuan kecuali dari Afrika Utara. Kebangkitan umat Kristen pun menjadi tidak
terbendung, dengan demikian berakhirlah kejayaan Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan masuknya Islam ke Andalusia, mulai saat itu Islam mengalami
perkembangan yang cukup pesat bahkan penyebarannya hingga ke benua eropa.
selama tujuh abad, panji-panji islam berkibar di Andalusia. Bangsa Andalusia
menjadi negara yang paling menjungjung tinggi peradaban di belahan eropa. Dari
sinilah dapat ditarik pelajaran (ibrah) yang sangat penting bagi tumbuh
kembangnya islam di Andalusia. Adapun ibrah yang bisa di petik sebagai
pelajaran tentang masuknya islam di Andalsia, antara lain sebagai berikut :
1.
Islam dengan mudah di terima di Andalusia (spanyol)
karena penguasa spanyol pada waktu itu sangat kejam, tidak adil, dan tidak
toleran terhadap penganut agama selain Kristen. Di lain pihak, islam memberikan
kebebasan kepada rakyat untuk menganut agamanya masing-masing dan lebih
mementingkan perdamaian serta menjungjung tinggi keadilan.
2.
Dengan masuknya islam, andalusia menjadi negara islam
yang kuat, megah, dan berkeadilan. masjid agung kordoba menjadi pusat tumbuh
dan berkembangnya ilmu pengetahuan. Selama tujuh abad umat islam mencapai
kejayaan di berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial
kemasyarakatan, serta pembangunan fisik.
3.
Andalusia pada masa kejayaannya menjadi pusat belajar
filsafat, kedokteran, ataupun ilmu alam oleh sarjana eropa. Islam memberikan
kebebasan berfikir kepada setiap pemeluknya.
4.
Pada saat islam berkembang dan kordoba menjadi pusat
ilmu pengetahuan, bangsa eropa sedang tenggelam dalam masa perbudakan dan
kemunduran. Pada abad ke lima belass, bangsa eropa baru menyadari kemunduran
tersebut, kemudian muncullah yang di sebut renaissance. Kebangkitan orang-orang
eropa pada hakikatnya adalah kesadaran mereka untuk menggali sejarah. Islam
telah memberikan pelajaran bagi siapa saja untuk mengembangkan dan mengambil
pelajaran dari sejarah masa lalu untuk di terapkan pada masa sekarang.
B.
Saran
Belajar dari masa lalu merupakan sesuatu yang perlu kita lakukan. Dari
uraian di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus berusaha dengan
maksimal agar bisa membuat perubahan seperti kisah berdirinya Islam Di Andalusia. Di samping itu kita sebagai umat Islam juga harus
bisa menjaga persatuan dan kesatuan agar musuh-musuh Islam tidak bisa
menghancurkan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan,
Hassan Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.
Lubis,Amani,dkk,2005,Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN Jakarta.
Yatim
Badri,2010,Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja grafindo Persada.
Mubarok, Jaih
(Dr.,M.Ag, Prof.).Bandung:CV Pustaka Islamika.
0 comments :
Post a Comment