Nama
|
:
|
Siti
Maesaroh
|
NIM
NIRM
|
:
:
|
2011.1215
30026.2011
|
Jurusan
|
:
|
PAI-S1
|
Tanggal
|
:
|
11/01/2015
|
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jenis Tugas
|
:
|
Tugas
ini untuk memenuhi syarat penilaian dalam UAS Semester Ganjil Jurusan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Sukabumi, 2014-2015
|
Pembahasan
|
:
|
Antologi
Biografi Ilmuwan Muslim dan Penemuannya disertai dengan pemikiran penulis
|
Sifat Tugas
|
:
|
Individual
|
Indikator
|
:
|
Biografi,
Disiplin Ilmu, Karya, Pemikiran, dan Pemikiran Penulis
|
A. Pembahasan Antologi Ilmuwan Islam
1. al-Biruni
1.1 Biografi al-Biruni
Al Biruni, Bernama
lengkap Abu Raihan Muhammad ibn Ahmad Al Biruni, ilmuwan besar ini dilahirkan
pada 362 H atau bulan September 973 M, di desa Khath yang merupakan ibukota
kerajaan Khawarizm, Turkmenistan (kini kota Kiva, wilayah Uzbekistan). Ia lebih
dikenal dengan nama Al Biruni. Nama "Al Biruni" sendiri berarti
'asing', yang dinisbahkan kepada wilayah tempat tanah kelahirannya, yakni
Turkmenistan. Kala itu, wilayah ini memang dikhususkan menjadi pemukiman bagi
orang-orang asing.
Dibesarkan dalam keluarga yang taat beragama, Al Biruni tumbuh
dan besar dalam lingkungan yang mencintai ilmu pengetahuan. Meski tak banyak
diketahui tentang masa mudanya, termasuk pendidikan formalnya, namun ulama yang
tawadlu ini dikenal amat mencintai ilmu dan gemar membaca dan menulis sejak
remaja. Tak heran bila kemudian masih di usia muda ia sudah tersohor sebagai
seorang ahli di banyak bidang ilmu.
1.2 Disiplin Ilmu al-Biruni
Abu al-Biruni merupakan seorang tokoh ilmuwan yang digelari
master dalam ilmu astronomi, fisika, kartografi, dan matematika.
1.3 Karya dan Penemuan al-Biruni
A1-Biruni dalam karyanya ini antara lain menulis analisis
menarik, bahwa pada awalnya manusia mempunyai keyakinan monoteisme, penuh
kebaikan dan menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Tapi lantaran nafsu murka telah
membawa mereka pada perbedaan agama, filsafat dan politik, sehingga mereka
menyimpang dari monoteisme ini. Ia juga membahas tentang geografi India.
A1-Biruni juga berpendapat, lembah Sungai Hindus dan India, mulanya terbenam
dalam laut, namun perlahan menjadi penuh endapan yang dibawa air sungai.
Tak hanya menulis buku tentang sosiologi, Al Biruni juga banyak
menulis tentang ilmu-ilmu eksakta seperti geometri, aritmatika, astronomi dan
astrologi. Karya di bidang ini misalnya Tafhim li Awall Sina'atut Tanjim.
Khusus disiplin ilmu astronomi, ia menulis buku berjudul Al Qanun Al Mas'udi
fil Hai'ah wan Nujum (Teori tentang Perbintangan) yang dipersembahkan untuk
Sultan Mas'ud dari Ghazna (tempat beliau menutup umur).
Tabel panjang hari dari buku al biruni yang dibuat oleh R.
Ramsay Wright. Tabel panjang hari. Buku ini bermula dari percakapan antar
Sultan Mas'ud dan Al Biruni mengenai perbedaan malam dan mengapa terjadi. Al
Biruni pun kemudian mengamati pergerakan bintang, planet dan referensi buku -
buku yang telah ada dan ditulislah hasilnya dalam buku tersebut.
Di Barat, buku ini memperoleh penghargaan dan menjadi bacaan
standar di berbagai universitas Barat selama beberapa abad. Ilmuwan Muslim ini
juga dikenal sebagai pengamat pertambangan. Untuk masalah ini, ia menulis buku
Al Jamahir fi Ma'rifati I Jawahir tahun 1041 M.
Karya lainnya, di bidang kedokteran berjudul As-Saydala fit
Thib (Farmasi dalam ilmu Kedokteran), Al Maqallid 'Ilm Al-Hai'ah (tentang
perbintangan), serta buku Kitab Al Kusufwal Khusuf Ala Khayal Al-Hunud (Kitab
tentang Pandangan Orangorang India terhadap Peristiwa Gerhana Matahari dan
Gerhana Bulan
Al-Biruni juga terkenal dengan karya kartografinya dia sebagai
founder kartografi dunia.
1.4 Pemikiran al-Biruni
al-Biruni menyindir bahwa ar-Razi tidak dapat membedakan
ide-ide (ide yang termasuk diperoleh ijtihad) atau disebut juga kategori
pertama dan kategori keduaya yaitu ide yang dicapai melalui nafu fanatiknya.
Gambaran pemikiran al-Biruni dengan membandingkan dua kategori pemikiran
tersebut.
Sikapnya yang keras terhadap agama tdak hanya [ditunjukan]
dalam bentuk yang mengabaikan saja, menahan diri terhadap agama dan menolaknya
Dia bergerak lebih jauh menjadi pemfitnah yang aktif, mengaitkan agam dengan
roh jahat dan perbuatan setan. Sedeikian banyaknya sehingga hail itu mendorong
ar-Razi untuk merekomendasikan [membaca] buku-buku Mani dan para pengikutnya,
guna meruntuhkan agama-agama wahyu, termasuk islam.
al-Biruni juga mempunyai pemikiran neo-Platonisme meyakini
bahwa dunia ini merupakan jiwa yang sedang tidur, sedangan dunia akhirat adalah
jiwa yang sudah terjaga Bahwa tuhan itu imanen dan di tempat-tempat tertentu
pada surga, sedangkan sebagian lauun mengatakan imanen dalam seluruh dunia bahwa
manusia memiliki dua jiwa-jiwa abadi dan jiwa kemanusiaan.
1.5 Refleksi Pemikiran Penulis
Salah
satu hal yang paling menonjol dalam ilmuwan al-Biruni menurut pandangan penulis
ialah pemikiran yang selalu moderat yang menghempaskan pemikiran-pemikiran yang
dianggapnya tidak sepadan dengan keilmuwan atau disiplin ilmu yang dia gapai.
Al-Biruni dengan kuat selalu menyanggah pemikiran ar-Razi karena kefanatikannya
dengan disiplin ilmu yang ia capai.
Al-Biruni merupakan salah satu tokoh yang mengembangkan banyak
disiplin ilmu namun memang disini kalau kita lihat justru yang paling menonjol
ilmunya adalah astronomi. Namun, penulis berargumentasi bahwa al-Biruni
berusaha untuk menyatukan diri [jiwa] dengan zat pemilik ilmu yang selalu
dianggap sedang tidur di tempat yang kekal dan terjaga kejayaannya di dunia.
Jadi, untuk mencapai kejayaan di dunia sejatinya dirinya bisa nyatu dengan zat
penguasa alam.
2. ar-Razi
2.1 Biografi ar-Razi
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (Persia: أبوبكر الرازي)
atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains
Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun
251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia,
matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn
bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin
sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari
di Baghdad.
Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serba bisa dan dianggap
sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam. Ar-Razi lahir pada tanggal 28
Agustus 865 Masehi dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Masehi. Nama
Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan
jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini
juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.
Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau
musisi tapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang
ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan
berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia
mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai
mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-Tabari,
seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang
Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah
untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah,
al-Mu'tashim.
Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang
dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa
kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb
al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun
kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi
kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.
Setelah kematian Khalifan al-Muktafi pada tahun 907 Masehi,
ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia
mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist,
ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu,
ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada
pasiennya saat berobat kepadanya.
2.2 Disiplin Ilmu ar-Razi
Ar-Razi merupakan ilmuwan terkenal dengan ahli kimia dan
pengobatan. Dalam bidang Farmasinya ar-Razi cenderung menonjol dibanding
ilmu-ilmu lainnya hal ini merupakan cikal kegemarannnya dalam mendalami ilmu
farmasi pada salah satu dokter yang menyembuhkan penyakit matanya. Ahli
filsafat dan tafsir juga sangat dikabumi dalam dunia keilmuan pasalnya beliau
merupakan ilmuwan yang banyak menelurkan buku-buku keilmuwan disamping itu
banyak pula karya dari berbagai disiplin ilmu ar-Razi sangat mumpuni seperti
diantaranya yaitu disiplin ilmu sejarah hal ini terbukti denga beberapa karya
gemilang buku sejarahnya.
2.3 Penemuan dan Karya ar-Razi
Bidang
Kedokteran
Sebagai seorang dokter
utama di rumah sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat
penjelasan seputar penyakit cacar:
"Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan
terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian
darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi
darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap
ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada minuman anggur. Penyakit
ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa.
Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan
penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911)
yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan tepercaya tentang
adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes,
dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang
dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah
tersebut."
Buku ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak)
adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah
yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan
bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada
prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir ar-Razi
dalam buku ini.
Berikut ini adalah penjelasan lanjutan ar-Razi:
"Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada
punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi
semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua
bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan
warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah
perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."
Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit
"alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan
imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit
rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan
ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi
diri.
Farmasi
Pada bidang farmasi, ar-Razi juga berkontribusi membuat
peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan
yang berasal dari merkuri.
Metode
Pengobatan
Metode pemanasan syaraf dan pengobatan penyakit kepala pening.
adalah Ar-Razi, dokter pertama kali yang melakukan kedua hal tersebut. Selain
itu, ia juga diduga sebagai dokter pertama yang mendiagnosa penyakit tekanan
darah tinggi. Metode kai, yaitu pengobatan serupa akupuntur. Ia memanfaatkan
pengetahuannya tentang titik-titik penting pada tubuh manusia untuk pengobatan.
Caranya, ia menusuk titik tersebut dengan sebatang besi yang pipih dan runcing,
yang sebelumnya telah dipanaskan dengan minyak mawar atau minyak cendana.
Penggunaan kayu
pengapit dan penyangga (spalk) untuk keperluan patah tulang, Pserta injeksi
erethal(saluran kencing dan sperma). Lebih
jauh lagi, ia menguraikan tentang jenis sakit perut yang disebutnya batr
(potong) dan fatg (koyak).
Etika
Kedokteran
Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika
kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia menkritik dokter jalanan palsu dan
tukang obat yang berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan. Pada saat
yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak mungkin mengetahui jawaban
atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyakit, yang
secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan mutu seorang
dokter, ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari
informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bisa
disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa
seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit
kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, ar-Razi menyatakan bahwa
dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan, karena biasanya
anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter.
Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah
untuk berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk
masyarakat sekitar.
Bidang
Filosofi
Dia mendapati berbagai
ilmu tak lepas dari metode pikirnya yang di atas rata-rata orang biasa. Ini tak
bisa lepas dari kesukaannya dalam berfilsafat. Yang membawanya menjadi manusia
muslim yang hebat. Ada beberapa karakternya dalam berfilsafat:
Logika
Ar-Razi adalah seorang
rasionalisme murni, dan beliau hanya mempercayai kekuatan akal. Bahkan didalam
bidang kedokteran study klinis yang dilakukannya setelah menemukan metode yang
kuat dengan berpijak kepada observasi dan eksperimen.
Bahkan pujian kepada
Ar-Razi terhadap akal tampak sangat jelas pada halaman pertama pada bukunya
At-Thibb.
Beliau mengatakan,
Allah segala puji baginya, yang telah memberikan akal agar dengan-Nya kita
dapat memperoleh sebanyak-banyaknya manfaat. Inilah karunia terbaik Allah
kepada kita. Akal adalah suatu yang mulia dan penting karena dengan akal kita
dapat memperoleh pengetahuan tentang tuhan. Maka tidak boleh melecehkannya.
Moral
Adapun pemikiran
Ar-Razi tentang moral sebagaimana tertuang dalam buku At-Thibb al-ruhani dan
Al-Sirah al-Falsafiyyah, bahwa tingkah laku itu berdasarkan dari akal. Hawa nafsu
harus berada dibawah kendali akal dan agama. Beliau memperingatkan bahaya
minuman khamr yang dapat merusakkan akal dan melanggar agama.
Berkaitan dengan jiwa, Ar-Razi menjadikan jiwa sebagai salah
satu alasan pengobatan baginya. Menurutnya antara tubuh dan jiwa terhadap suatu
hubungan yang sangat erat, misalnya: emosi jiwa tidak akan terjadi kecuali
dengan melalui pengamatan indrawi.
Sedangkan kebahagiaan menurut Ar-Razi adalah kembalinya apa
yang telah tersingkir karena sesuatu yang berbahaya, misalnya: orang yang
meninggalkan tempat yang teduh menuju tempat yang disinari matahari. Ia akan
senang ketika kembali ke tempat yang teduh tadi.
Kenabian/
Theologi
Ar-Razi menyangkah bahwa anggapan bentuk kehidupan manusia
memerlukan nabi sebagaimana yang dikatakannya dalam bukunya Naqd al-Adyan au fi
al-Nubuwah. Beliau mengatakan bahwa beliau tidak percaya kepada wahyu dan
adanya nabi. Menurutnya para nabi tidak berhak mengklaim dirinya sebagai orang
yang memiliki keistimewaan khusus. Karena semua orang adalah sama dan keadilan
tuhan secara hikmahnya mengharuskan tidak membedakan antara seoranng dengan
yang lainnya.
Ar-Razi juga mengritik kitab suci baik injil maupun al-quran.
Beliau menolak mukjizat al-quran baik segi isi maupun gaya bahasanya. Menurutnya
orang mungkin saja dapat menulis kitab yang lebih baik dengan gaya, bahasa yang
lebih indah. Kendatipun demikian, Ar-Razi tidak berati seorang atheis, karena
beliau masih menyakini adanya Allah.
Metafisika
Filsafat Ar-Razi dikenal dengan ajaran “Lima kekal” yaitu:
1. Allah Ta’ala
Allah bersifat
sempurna. Tidak ada kebijakan setelah tidak sengaja, karena itu ketidak
sengajaan tidak bersifat kepada-Nya.
Kehidupan berasal dari-Nya sebagaimana sinar datang dari
matahari Allah mempunyai kepandaian yang sempurna dan murni. Kehidupan ini
adalah mengalir dari ruh. Allah menciptakan sesuatu dan tidak ada yang bisa
yang menandingi dan tidak ada yang bisa menolak kepada-Nya. Allah Maha
Mengetahui, segala sesuatu. Tetapi ruh-ruh hanya mengetahui apa yang berasal dari
eksperimen. Tuhan mengetahui bahwa ruh cenderung pada materi dan membutuhkan
kesenangan materi.
2.
Ruh
Allah tidak menciptakan
dunia lewat desakan apapun tetapi Allah memutuskan penciptaan-Nya setelah pada
mulanya tidak berkehendak tidak menciptakannya, Allah menciptakan manusia guna
menyadarkan ruh dan menunjukkan kepadanya, bahwa dunia ini bukanlah dunia yang
sebenarnya dalam arti haqiqi.
Manusia tidak akan mencapai dunia haqiqi ini, kecuali dengan
filsafat, mereka mempelajari filsafat, mengetahui dunia haqiqi, memperoleh
pengetahuan akan selamat dari keadaan buruknya. Ruh-ruh tetap berada dalam
dunia ini sampai mereka disadarkan oleh filsafat akan rahasia dirinya.
Melalui filsafat manusia dapat memperoleh dunia yang
sebenarnya, dunia sejati atau dunia haqiqi.
3.
Materi
Menurut Ar-Razi
kemutlakan, materi pertama terdiri dari atom-atom, setiap atom mempunyai volum
yang dapat dibentuk. Dan apabila dunia ini dihancurkan, maka ia akan
terpisah-pisah dalam bentuk atom-atom. Dengan demikian materi berasal dari
kekekalan, karena tidak mungkin menyatakan suatu yang berasal dari ketiadaan
sesuatu.
Untuk memperkuat pendapat ini Ar-Razi memberikan 2 bukti yaitu:
a. Penciptaan
adalah bukti dengan adanya sang pencipta.
b. Berlandaskan
ketidak mungkinan penciptaan dan ketiadaan.
4. Ruang
Menurut Ar-Razi ruang adalah tempat keadaan materi, beliau
mengatakan bahwa materi adalah kekal dan karena materi itu mempunyai ruang yang
kekal.
Bagi Ar-Razi ruang terbagi menjadi 2 yakni waktu universal
(mutlak) dan waktu tertentu (relatif ), ruang universal adalah tidak terbatas
dan tidak tergantung kepada dunia dan segala sesuatu yang ada didalamnya.
Sedangkan ruang yang relatif adalah sebaliknya.
5.
Waktu
Adalah subtasi yang
mengalir, ia adalah kekal. Ar-Razi membagi waktu 2 macam yakni waktu mutlak dan
waktu relatif (terbatas). Waktu mutlak adalah keberlangsungan, ia kekal dan
bergerak. Sedang gerak relatif adalah gerak lingkungan-lingkungan, matahari dan
bintang gemintang.
Karya
Emas
Ar-Razi menghasilkan karya yang sangat populer yang sampai
membuat kalangan istana kekristenan Eropa menaruh perhatian besar.
Setelah peristiwa Perang Salib, raja-raja di Eropa
memerintahkan agar semua karya ar-Razi diterjemahkan dalam bahasa Latin, yang
merupakan bahasa resmi ilmu pengetahuan Eropa pada masa itu.
Ia juga berhasil menemukan cara membuat alkohol. Di kemudian
hari, penemuan tersebut ditindaklanjuti oleh Arnol Pilinov. Pada abad XIII,
alkohol menjadi populer.
Sekitar 200-an buku
lebih telah beliau sumbangkan pada kemajuan dunia ini;
1. Dalam bidang kedokteran:
a. Hidup
yang Luhur (Arab: الحاوي)
b. Petunjuk
kedokteran untuk masyarakat umum (Arab: من لا يحضره الطبيب), Pengobatan
Alternatif Ketika Tidak Ada Dokter
c. Keraguan
pada Galen
d. Penyakit
pada anak
e. Kitab
al-Mansoori, yang terdiri dari 10 jilid, membahas secara detil tentang
pengobatan era Arab-Yunani
f. Al-Havi,
ensiklopedia kedokteran yang terbesar disusun pada masa itu
g. Kitab
al-Mulooki dan
h. Kitab
al-Judari wa al-Hasabah, di kitab ini Ar-Razi untuk pertama kalinya membahas
penanganan penyakit cacar.
i.
al-Thibbur Ruhani (Pengobatan Rohani),
2. Dalam bidang kimia
a. Kitab
al Asrar, yang membahas tentang teknik penanganan zat-zat kimia dan manfaatnya.
b. Liber
Experimentorum, Ar-Razi membahas pembagian zat kedalam hewan, tumbuhan dan
mineral, yang menjadi cikal bakal kimia organik dan kimia non-organik.
c. Penemuannya
yang lain adalah teknik pembuatan asam sulfur serta penggunaan alkohol untuk
fermentasi zat yang manis.
3. Dalam bidang ilmu kalam
a. al
Muthalib al ‘Aliyah min al Ilmi al Ilahi,
b. Asas
Al Taqdis,
c. al
Arbain fii ushul al Din,dan
d. Muhassal
afkar al Mutaqaddimin wal al Mutaaakhkhirin min ulama wal Hukama wal al
mutakalimin.
4. Dalam bidang tasawuf
a. al
Irsyad al Nadhar ilaa lathaif al Asrar, dan
b. Syarah
‘Uyun al Hikmah
5. Dalam bidang filsafat
a. Syarah
Qishm al Ilahiyyah min al Isyarat li ibn Sina,
b. Syarah
al Isyrah wa al Tanbihat li ibn Sina,
c. Syarah
al Qanun li ibn Sina, dan
d. Lubab
al Isyarat.
6. Dalam bidang sejarah
a. Manaqib
al Imam Syafi’I, dan
b. Syarah
Saqt al Zind li al Mu’ri
7. Dalam bidang Ushul Fiqih
a. al
mahsul fii ilmi Ushul Fiqih, dan
b. al
Ibthal al Qiyasi.
8. Dalam bidang tafsir
a. al
asrar al Tanzil wa anwaru al ta’wil
b. ihkam
al ahkam,
c. al
Burhan Fi Qirrati al Qur’an,
d. Dzurrtu
al Tazil wa al Ghurratu al Ta’wil fii ayat Mutasyabihat
e. al
Bayan wa al Burhan fii al Radd’ ala ahli wa Thugyan.
f. tafsir
Ar-Razi
g. Juga
Beliau mengarang lain kitab,diantaranya
h. Al-Shirath
al-dawlah
i.
Amarah al-Iqbal al-Dawlah
j.
Kitab al-Ladzdzah
k. Kitab
al-‘Ilm al-Ilahi
l.
Maqalah fi ma ba’d al-Thabi’iyyah; dan
m. Al-Shukuk
‘ala Proclus
Adapun diantara karya tulis yang paling besar adalah buku
Tafsir yang berjudul Mafatih Al Ghaib, yang disebut juga al Tafsir al Kabir
(Tafsir Besar) yang terdiri atas belasan jilid melalui karya tafsirnya itu ia
berupaya mencurahkan segenap ilmunya yang ensklopedis. Melalui ayat-ayat yang
menyentuh bidang filsafat, ia tuangkan bahasan-bahasan yang bersifat filsafi,
melalui ayat-ayat yang menyentuh bidang teologi, ia tuangkan bahasan yang
bersifat teollogi, dan tidak lupa tujuan membenarkan paham Asy’ariyah, melalui
ayat-ayat yang menyentuh bidang fiqih, ia menyajikan perbincangan-perbincangan
masalah fiqih dan seterusnya.
Melalui tafsirnya ia tuangkan bahwa dalam Al-Quran itu
mengandung berbagai aspek kehidupan dan realitas, menghendaki penguasaan banyak
bidang pengetahuan bagi siap saja, baik secara sendiri-sendiri atau bekerjasama
yang ingin menyingkapkan maksud al-Qur’an secara lengkap. Karena disana
mengandung berbagai macam disiplin ilmu.
Disamping kitab-kitab tersebut, masih banyak terdapat
karya-karya beliau berupa manuskrip baik dalam tulisan Arab maupun tulisan
Persia, Demikianlah Al Razi dalam karyanya.
2.4 Pemikiran ar-Razi
Keistimewaan pemikiran ar-Razi terletak pada keberaniannya
menempatkan akal logis sebagai kriteria utama bagi setiap bentuk pengetahuan
dan perilaku. Ar-Razi tidak memberi tempat bagi kekuatan irasional yang hanya
berpijak pada kebiasaan (tradisi) ataupun intuisi mistis. Karena itu ia juga
menolak doktrin-doktrin keagamaan yang dipandang tidak memiliki dasar
pembenaran secara logis Hal ini menyebabkannya dituduh sebagai seorang atheis
(al-mulhid) yang mempertuhankan akal.
2.5 Refleksi Pemikiran Penulis
Kekaguman penulis terhadap ilmuwan ar-Razi memang menjadi hal
utama sehingga penulis mempunyai beberapa argumen dengan pemikiran sendiri
bahwa ar-Razi ini merupakan seorang pemikir yang frontal dan mengedepankan jiwa
nalarnya sehingga semua hal dapat disamaratan dengan berbagai doktrin yang ia
kedepankan.
Jiwa frontal dalam jiwa ar-Razi terbukti pada pemikirannnya yang
bisa menempatkan semua hal dalam tataran logis. Semua intuisinya menjadikan
sebuah hal doktrin yang menjadikannya terpacu untuk terus menapaki semua hal
yang dianggapnya menyatu dalam dirinya sendiri. Ini berati bahwa jiwa frontal
itulah yang bisa mengubah semua pemikirannya menjadi hal yang serba logis tidak
dapat dipungkiri dengan berbagai karyanya yang gemilang membuat semua orang
terkagum akan tetapi ada beberapa hal yang patut ditelaah lebih jauh tentang
sepak terjang pemikiran dan jiwa ar-Razi. Catatan pentingnya ialah bahwa
ar-Razi tidak membenarkan doktrin keagamaan yang dianggap tidak ada
kebenarannya dalam pandangan ar-razi, hal ini merupakan salah satu sifat atheis
yang melekat dalam diri ar-razi.
3. Yusuf al-Qardhawi
3.1 Biografi al-Qardhawi
Yusuf al-Qaradawi (lahir di Shafth Turaab, Kairo, Mesir, 9
September 1926; umur 86 tahun) adalah seorang cendekiawan Muslim yang berasal
dari Mesir. Ia dikenal sebagai seorang Mujtahid pada era modern ini. Selain
sebagai seorang Mujtahid ia juga dipercaya sebagai seorang ketua majelis fatwa.
Banyak dari fatwa yang telah dikeluarkan digunakan sebagai bahan rujukan atas
permasalahan yang terjadi. Namun banyak pula yang mengkritik fatwa-fatwanya.
Lahir di sebuah desa kecil di Mesir bernama Shafth Turaab di
tengah Delta Sungai Nil, pada usia 10 tahun, ia sudah hafal al-Qur'an.
Menamatkan pendidikan di Ma'had Thantha dan Ma'had Tsanawi, Qardhawi terus
melanjutkan ke Universitas al-Azhar, Fakultas Ushuluddin. Dan lulus tahun 1952.
Tapi gelar doktornya baru ia peroleh pada tahun 1972 dengan disertasi
"Zakat dan Dampaknya Dalam Penanggulangan Kemiskinan", yang kemudian
disempurnakan menjadi Fiqh Zakat. Sebuah buku yang sangat komprehensif membahas
persoalan zakat dengan nuansa modern.
Sebab keterlambatannya meraih gelar doktor, karena dia sempat
meninggalkan Mesir akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu. Ia terpaksa
menuju Qatar pada tahun 1961 dan di sana sempat mendirikan Fakultas Syariah di
Universitas Qatar. Pada saat yang sama, ia juga mendirikan Pusat Kajian Sejarah
dan Sunnah Nabi. Ia mendapat kewarganegaraan Qatar dan menjadikan Doha sebagai
tempat tinggalnya.
Dalam perjalanan hidupnya, Qardhawi pernah mengenyam
"pendidikan" penjara sejak dari mudanya. Saat Mesir dipegang Raja
Faruk, dia masuk bui tahun 1949, saat umurnya masih 23 tahun, karena
keterlibatannya dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin. Pada April tahun 1956, ia
ditangkap lagi saat terjadi Revolusi Juni di Mesir. Bulan Oktober kembali ia
mendekam di penjara militer selama dua tahun.
Qardhawi terkenal
dengan khutbah-khutbahnya yang berani sehingga sempat dilarang sebagai khatib
di sebuah masjid di daerah Zamalik. Alasannya, khutbah-khutbahnya dinilai
menciptakan opini umum tentang ketidak adilan rezim saat itu.
Qardhawi memiliki tujuh anak. Empat putri dan tiga putra.
Sebagai seorang ulama yang sangat terbuka, dia membebaskan anak-anaknya untuk
menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat serta kecenderungan
masing-masing. Dan hebatnya lagi, dia tidak membedakan pendidikan yang harus
ditempuh anak-anak perempuannya dan anak laki-lakinya.
Salah seorang putrinya memperoleh gelar doktor fisika dalam
bidang nuklir dari Inggris. Putri keduanya memperoleh gelar doktor dalam bidang
kimia juga dari Inggris, sedangkan yang ketiga masih menempuh S3. Adapun yang
keempat telah menyelesaikan pendidikan S1-nya di Universitas Texas Amerika.
Anak laki-laki yang
pertama menempuh S3 dalam bidang teknik elektro di Amerika, yang kedua belajar
di Universitas Darul Ulum Mesir. Sedangkan yang bungsu telah menyelesaikan
kuliahnya pada fakultas teknik jurusan listrik.
Dilihat dari beragamnya pendidikan anak-anaknya, orang-orang
bisa membaca sikap dan pandangan Qardhawi terhadap pendidikan modern. Dari
tujuh anaknya, hanya satu yang belajar di Universitas Darul Ulum Mesir dan
menempuh pendidikan agama. Sedangkan yang lainnya, mengambil pendidikan umum
dan semuanya ditempuh di luar negeri. Sebabnya ialah, karena Qardhawi merupakan
seorang ulama yang menolak pembagian ilmu secara dikotomis. Semua ilmu bisa
islami dan tidak islami, tergantung kepada orang yang memandang dan
mempergunakannya. Pemisahan ilmu secara dikotomis itu, menurut Qardhawi, telah
menghambat kemajuan umat Islam.
3.2 Disiplin Ilmu al-Qardhawi
Al-Wardhawi merupakan tokoh ilmuwan muslim yang terkenal dalam
dunia pendidikan Islam dengan berbagai disiplin ilmu yang bisa memajukan dunia
pendidikan Islam. Beberapa disiplin ilmu yang dikuasi oleh al-Qardhawi yaitu
Fiqh dan ushul Fiqh, Ekonomi Islam,Al-Quran dan As-sunnah, Akidah Islam, dan
lain sebagainya.
3.3 Penemuan dan Karya al-Qardhawi
Yusuf Qardhawi telah menulis berbagai buku dalam pelbagai
bidang kelimuan Islam, seperti bidang sosial, dakwah, fiqh, demokrasi dan lain
sebagainya. Buku karya Qardhawi sangat diminati uamt Islam di berbagai penjuru
dunia. Bahkan, banyak buku-buku atau kitabnya yang telah dicetak ulang hingga
puluhan kali dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.
Berikut
sejumlah buku karya Qardhawi:
a. Dalam
bidang Fiqh dan Usul Fiqh. Sebagai seorang ahli fiqh, Qardhawi telah menulis
sedikitnya 14 buah buku, baik Fiqh maupun Ushul Fiqh. Antara lain, Al-Halal wa
al-Haram fi al-Islam (Halal dan Haram dalam Islam), Al-Ijtihad fi al-Shari'at
al-Islamiah (Ijtihad dalam syariat Islam), Fiqh al-Siyam ( Hukum Tentang
Puasa), Fiqh al-Taharah (Hukum tentang Bersuci),Fiqh al-Ghina' wa al-Musiqa
(Hukum Tentang Nyayian dan Musik ).
b. Ekonomi
Islam. Dalam bidang ekonomi Islam, buku karya Qardhawi antara lain, Fiqh Zakat,
Bay'u al-Murabahah li al-Amri bi al-Shira; ( Sistem jual beli al-Murabah),
Fawa'id al-Bunuk Hiya al-Riba al-Haram, (Manfaat Diharamkannya Bunga Bank),
Dawr al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtisad al-Islami (Peranan nilai dan akhlak
dalam ekonomi Islam), serta Dur al-Zakat fi alaj al-Musykilat al-Iqtisadiyyah
(Peranan zakat dalam Mengatasi Masalah ekonomi).
c. Pengetahuan
tentang al-Quran dan al-Sunnah.Qardhawi menulis sejumlah buku dan kajian
mendalam terhadap metodologi mempelajari Alquran, cara berinterakhsi dan
pemahaman terhadap Alquran maupun Sunnah. Buku-bukunya antara lain Al-Aql wa
al-Ilm fi al-Quran (Akal dan Ilmu dalam al-Quran), Al-Sabru fi al-Quran (Sabar
dalam al-Quran), Tafsir Surah al-Ra'd dan Kayfa Nata'amal ma'a al-Sunnah
al-Nabawiyyah (Bagaimana berinteraksi dengan sunnah).
d. Akidah
Islam. Dalam bidang ini Qardhawi menulis sekitar emnpat buku, antara lain Wujud
Allah (Adanya Allah), Haqiqat al-Tawhid (Hakikat Tauhid),Iman bi Qadr (Keimanan
kepada Qadar),
Selain karya diatas,
Qardhawi juga banyak menulis buku tentang Tokoh-tokoh Islam seperti Al-Ghazali,
Para Wanita Beriman dan Abu Hasan Al-Nadwi. Qardhawi juga menulis buku Akhlak
berdasarkan Alquran dan al-Sunnah, Kebangkitan Islam, Sastra dan Syair serta
banyak lagi yang lainnya.
3.4 Pemikiran al-Qardhawi
Banyak orang yang mengenal Yusuf Al-Qardhawi dengan pemikiran
Islamnya yang cemerlang demi kemajuan pendidikan Islam, kita bisa mengenal
Pemikiran Salafinya.Yang dimaksud dengan “Pemikiran Salafi” di sini ialah
kerangka berpikir (manhaj fikri) yang tercermin dalam pemahaman generasi
terbaik dari ummat ini. Yakni para Sahabat dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan setia, dengan mempedomani hidayah Al-Qur’an dan tuntunan Nabi
SAW.
Kriteria Manhaj Salafi yang Benar Adalah suatu manhaj yang
secara global berpijak pada prinsip berikut :
1.
Berpegang pada nash-nash yang ma’shum
(suci), bukan kepada pendapat para ahli atau tokoh;
2.
Mengembalikan masalah-masalah
“mutasyabihat” (yang kurang jelas) kepada masalah “muhkamat” (yang pasti dan
tegas). Dan mengembalikan masalah yang zhanni kepada yang qath’i;
3.
Memahami kes-kes furu’ (kecil) dan juz’i
(tidak prinsipil), dalam kerangka prinsip dan masalah fundamental;
4.
Menyerukan “Ijtihad” dan pembaharuan.
Memerangi “Taqlid” dan kejumudan;
5.
Mengajak untuk ber-iltizam (memegang
teguh) akhlak Islamiah, bukan meniru trend;
6.
Dalam masalah fiqh, berorientasi pada
“kemudahan” bukan “mempersulit”;
7.
Dalam hal bimbingan dan penyuluhan,
lebih memberikan motivasi, bukan menakut-nakuti;
8.
Dalam bidang aqidah, lebih menekankan
penanaman keyakinan, bukan dengan perdebatan;
9.
Dalam masalah Ibadah, lebih mementingkan
jiwa ibadah, bukan formalitinya;
10. Menekankan
sikap “ittiba’” (mengikuti) dalam masalah agama. Dan menanamkan semangat
“ikhtira’” (kreativiti dan daya cipta) dalam masalah kehidupan duniawi.
Inilah inti “manhaj salafi” yang merupakan khas mereka. Dengan
manhaj inilah dibinanya generasi Islam terbaik, dari segi teori dan praktek.
Sehingga mereka mendapat pujian langsung dari Allah di dalam Al-Qur’an dan
Hadits-Hadits Nabi serta dibuktikan kebenarannya oleh sejarah. Merekalah yang
telah berhasil mentransfer Al-Qur’an kepada generasi sesudah mereka. Menghafal
Sunnah. Mempelopori berbagai kemenangan (futuh). Menyebarluaskan keadilan dan
keluhuran (ihsan). Mendirikan “negara ilmu dan Iman”. Membangun peradaban
robbani yang manusiawi, bermoral dan mendunia. Sampai sekarang masih tercatat
dalam sejarah.
3.5 Refleksi Pemikiran Penulis
Pandangan penulis terhadap ilmuwan terkemuka dan sangat
gemilang dalam berbagai karyanya yaitu al-Qardhawi memang tidak bisa dipungkiri
dengan berbagai kekaguman yang kini menjadi sebuah pemikiran. Pemikiran penulis
bahwa al-Qardhawi ini merupakan tokoh transendentalis yang menekankan sisi
tasawuf dan kedekatan dengan agama beda halnya dengan ar-Razi yang
mengedepankan nalarnya. Dua perbedaan ini memang sangat mencolok antara ar-Razi
dengan al-Qardhawi kalau ar-Razi dengan akal namun al-Qardhawi dengan hati.
Hal ini merupakan
perbedaan filosofi yang menjadi titik kordinat yang jauh dalam keilmuan
keduanya. Namun, al-Qardhawi kalau
dilihat dalam pendidikan islam jauh lebih unggul jikalau untuk ijtihad kepada
Tuhan yang berkuasa sebagai zat yang membolak balikan semua ciptaaNYA.
B.
Referensi
Pustaka dan Karya
Abdullah
Faruq Nasution. 1995. Filsafat Manusia
dan Implementasinya dalam Analisis Psikologi, Studi Perbandingan antara Konsep
al-Razi dan S. Freud, Jakarta, Disertasi pada Program Pascasarjana IAIN
Syarif Hidayatullah, 1995, hal. 69
Abdurrahman
Badawi, dkk. 1963. A History of Muslim
Philosophy. Wisbaden. hal. 435
Abqary,
Ridwan. 2010. 101 Info Tentang Ilmuwan
Muslim: Menambah Pengetahuan Seputar Ilmuan Muslim. Bandung: Mizan, hal.5
Azra,
Azyumardi dan Maarif, Syafi’I.2003. Ensiklopedi
Tokoh Islam, Dari Abu Bakr Sampai Nashir dan Qardawi. Jakarta : Hikmah
Iskandar,
salman. 2007. 99 Tokoh Muslim Dunia for
Kids. Bandung: Mizan, hal. 165
Mehdi
Nakosteen.1996.Konstribusi Islam atas
Dunia Intelektual Barat, Terjemahan Joko S. Kahhar. Surabaya: Risalah
Gusti, hal. 213
Stroumsa,
Sarah. 2006. Para Pemikir Bebas Islam.
Jakarta: LKis, hal. 157
Sholikhin,
Muhammad. 2010. Menyatu Diri dengan Ilahi.
Yogyakarta: Narasi, hal. 98
Yasid,
Abu.2004. Islam Akomodatif ; Rekonstruksi Pemahaman Islam Sebagai Agama Universal.Jakarta:
LKis hal 22.
Yusuf
Al –Qardhawi. 1980. Pendidikan Islam dan
Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Bustami A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad. Jakarta
: Bulan Bintang, hal.157.
Yusuf
Al-Qaradhawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, ahli bahasa Asad Yasin, (Jakarta : Gema
Insani Pers, 1997), hlm. 16.